Minggu, 09 Februari 2014

Filled Under:

Ikrimah bin Abu Jahal (Pahlawan Pertempuran Yarmuk).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     Mendengar nama Abu Al-Hakam (Abu Jahal), membuat hati kaum Muslimin menjadi sangat geram karena sosoknya yang sangat memusuhi Islam. Dia merupakan lelaki yang terhormat di kaumnya. Dia memiliki harta yang amat banyak, sehingga memiliki kedudukan yang tinggi di mata kaum Quraisy.

     Namun, dia telah mengubur dalam-dalam dirinya ke dalam lumpur kemusyrikan, padahal jika ia mau menerima hidayah dan cahay islam, niscaya ia akan menjadi orang yang berpengaruh dalam Islam. Sesuai dengan doa Rasulullah, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Amr bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Al-Khattab.

     Namun, apa daya Allah lebih mengetahui perkara yang ghaib. Dia-lah yang menentukan takdir seseorang sehingga Dia menjadikan Umar bin Al-Khattab, yang merupakan keponakan Abu Jahal untuk memeluk Islam.

     Abu Jahal merupakan Fir’aun bagi umat ini. Ia hidup sezaman dengan Rasulullah dan mendedikasikan dirinya untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Ia berusaha keras untuk menghentikan dakwah Rasulullah bahkan untuk membunuhnya. Namun, Rasulullah memang bukan manusia yang pantas untuk dibunuh. Ia melihat sejumlah tanda kekuasaan-Nya dan mukjizat Rasulullah, namun hatinya yang sudah terlanjur keras bagaikan semen yang sulit untuk dilunakkan kembali.

     Saat menjelang Perang Badar, Abu Jahal selalu mendesak kaumnya agar tetap melaksanakan perang walaupun kafilah dagang Abu Sufyan selamat. Ia telah tertipu oleh bujuk rayu setan. Ia yakin bahwa kaum Quraisy akan menang dalam perang yang menentukan nasib kaum Muslimin.

     Namun, dia sendirilah yang merasakan pahitnya kekalahan, bahkan lebih dari itu. Ia merasakan kematiannya yang sunguh tragis.

     Mengenai ini, Al-Bukhari dan Muslim menuturkan bahwa Abdurrahman bin Auf meriwayatkan, “Sesungguhnya aku berada di tengah-tengah pasukan saat Perang Badar. Ketika menengok ke kiri dan ke kanan, aku melihat dua orang bocah belia. Aku nyaris tak percaya dengan keberadaan keduanya. Seorang dari mereka berbisik kepadaku tanpa diketahui temannya, ‘Paman, tunjukkan kepadaku orang yang bernama Abu Jahal!

     Aku menjawab, ‘Wahai keponakanku, apa yang akan kauperbuat dengannya?

     Ia menjawab, ‘Aku mendengar kabar bahwa ia telah mencaci Rasulullah. Maka, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bila aku bertemu dengannya, niscaya aku tidak akan berpisah dengannya sebelum terbukti siapa yang lebih dulu mati di antara kami!

     Aku terkejut mendengar perkataannya.

     Abdurrahman bin Auf melanjutkan, “Kemudian, bocah satunya bertanya dan mengatakan hal yang sama kepadaku. Namun, belum sempat aku menjawab keduanya. Tiba-tiba kulihat kelebat Abu Jahal di tengah-tengah pasukan yang sedang berperang. Maka aku berkata, ‘Apakah kalian berdua tidak melihatnya? Itulah orang yang kalian tanyakan kepadaku.’ Seraya menunjuk ke arah Abu jahal.

     Keduanya bergegas menghampiri Abu Jahal dengan menghunus pedang masing-masing. Setelah dekat, mereka langsung menyerang Abu Jahal hingga tewas, lalu pergi menghadap Rasulullah untuk melaporkan hal itu. Maka beliau bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang membunuhnya?

     ‘Aku yang membunuhnya.’ Jawab keduanya bersamaan.

     Rasulullah bertanya kembali, ‘Sudahkah kalian menghapus (darah) yang ada di pedang kalian?

     Keduanya serentak menjawab, ‘Belum.

     Rasulullah memeriksa kedua pedang mereka, kemudian bersabda, ‘Kalian berdua telah membunuhnya secara bersamaan’.

     Sejak kejadian itu, muncullah Ikrimah  bin Abu Jahal yang mulai menaruh dendam terhadap kaum Muslimin. Dulu, sebelum ayahnya terbunuh, ia memusuhi Islam karena ingin membahagiakan ayahnya. Namun, sejak saat itu pendiriannya berubah drastis saat ayahnya terbunuh dalam Perang Badar.

     Saat Rasulullah memulai dakwahnya, Ikrimah berusia 30 tahun dan ia merupakan seorang bangsawan yang dihormati karena berasal dari keturunan yang dihormati pula oleh rakyatnya.

     Ia dikenal sebagai orang yang gagah dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ini merupakan kebanggaan sendiri bagi pemuda Jazirah Arab pada saat itu.

     Semenjak Perang Badar, ia benar-benar ingin membunuh Rasulullah karena rasa dendamnya yang sudah membara di dalam hatinya yang keras.

     Rasa dendam itu ia lampiaskan di Perang Uhud. Ia tampil sebagai pasukan berkuda kaum Quraisy yang ada dalam pasukan inti bersama Khalid bin Al-Walid. Tujuan mereka adalah bukan untuk memenangkan pertempuran, melainkan untuk membunuh Rasulullah dan Hamzah.

     Mereka—termasuk Ikrimah—sangat bersemangat sekali untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Ikrimah melihat bayangan peristiwa kematian ayahnya di depan matanya hingga membuat pasukan kaum Muslimin mengalami kekalahan yang disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan pemanah.

     Dalam Perang Khandaq, Ikrimah adalah salah satu dari ribuan pasukan kaum musyrikin yang mengepung Madinah. Mereka sangat terkejut sekali melihat pertahanan kaum Muslimin—sebuah parit—yang belum pernah ada di wilayah jazirah Arab. Benar saja, strategi itu atas usul dari seorang berkebangsaan Persia, Salman Al-Farisi.

     Setelah pasukan Quraisy terkejut, tiba-tiba salah seorang pendekar Quraisy, Amru bin Abdul Wudd keluar dari tengan-tengah barisan Quraisy, seraya berseru kepada kaum Muslimin, “Siapakah yang sangguo melawanku?!” Maka, Ali pun berkata kepada Rasulullah, “Saya akan menghadapinya, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Duduklah engkau, ia adalah Amru.” Kemudian Amru berteriak sekali lagi, “Tidak adakah seorang lelaki yang sanggup menghadapiku? Bukankah kalian megatakan bahwa jika salah seorang di antara kalian terbunuh, maka orang itu akan memasuki surga? Maka, kenapa tidak ada seorang lelaki di antara kalian yang tampil?” Ali berkata, “Saya, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Duduklah.” Kemudian Amru mengulangi kembali tantangannya dengan melantunkan bait syair yang bernuansa kesombongan. Maka Ali berkata, “Meskipun Amru sekalipun!” Akhirnya Rasulullah pun mengizinkannya.

     Ali bin Abu Thalib berhasil memenangkan duel dengannya . ia memenggal kepala Amru bin Wudd dan melemparkannya pada pasukan kafir Quraisy. Melihat kejadian ini, Ikrimah lari terbirit-birit bagaikan tikus ketakutan.

     Singkat cerita, kaum kafir Quraisy maninggalkan Madinah karena Allah telah mengirimkan badai yang telah memporak-porandakan kemah mereka.

     Pada akhir tahun 6 H, Rasulullah bersama para shahabatnya mengadakan perjalanan ke Mekkah dengan tujuan berziarah ke Baitullah dan melakukan umrah, bukan hendak berperang, dan mereka juga tidak mengadakan persiapan untuk peperangan. Keberangkatan mereka ini diketahui oleh kaum Quraisy, sehingga mereka keluar untuk menghalangi jalan kaum Muslimin dan membatalkan niat mereka. Suasana pun menjadi tegang dan hati kaum Muslimin berdebar-debar. Rasulullah bersabda kepada para shahabatnya, “Jika pada waktu ini Quraisy mengajak kita untuk mengambil langkah ke arah pertalian silaturahmi, aku pasti mengabulkan.

     Kaum Quraisy pun mengirim utusan demi utusan kepada Rasulullah. Beliau selalu memberitahukan kepada mereka bahwa beliau datang tidak untuk berperang, tetapi hanyalah untuk mengunjungi Baitul Haram dan menjunjung tinggi kesuciannya. Setiap utusan Quraisy kembali tanpa hasil, mereka mengirim lagi utusan yang lebih bijak dan lebih disegani, hingga sampai pada giliran Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi.

     Ia merupakan tokoh Quraisy yang paling kuat dan brilian. Menurut anggapan Quraisy, ia akan mampu meyakinkan Rasulullah untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, tidak lama setelah itu, Urwah kembali lagi dan berkata kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy, aku ini pernah berkunjung kepada Kaisar, Kisra, dan Najasyi di istana mereka masing-masing. Namun, demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja yang dihormati oleh rakyatnya seperti halnya Muhammad dihormati oleh para shahabatnya. Aku melihat di sekelilingnya suatu kaum yang sekali-kali tidak akan rela membiarkannya mendapat cedera selamanya. Karena itu, pertimbangkanlah apa yang hendak kalian lakukan.

     Saat itulah orang-orang Quraisy yakin bahwa usaha mereka tidak akan berhasil. Mereka akhirnya memutuskan untuk menempuh jalan perundingan dan perdamaian. Untuk melaksanakan tugas ini, mereka memilih pemimpin mereka yang tepat, yang tiada lain adalah Suhail bin Amr. Kaum Muslimin melihat Suhail saat ia datang dan mereka langsung mengenal siapa dia. Kedatangannya itu membuat kaum Muslimin memahami bahwa orang-orang Quraisy akhirnya berusaha untuk berdamai dan mencapai kesepakatan karena yang mereka utus ialah Suhail bin Amr.

     Suhail duduk berhadapan dengan Rasulullah dan terjadilah perundingan yang berlangsung lama di antara mereka dan berakhir dengan tercapainya nota kesepakatan damai. Dalam perundingan ini Suhail berusaha mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Quraisy. Hal ini dipermudah oleh toleransi luhur dan mulia dari Rasulullah yang berlangsung saat negosiasi dalam perdamaian tersebut.

     Hari terus bergulir hingga tibalah tahun 8 H. Rasulullah bersama kaum Muslimin berangkat untuk membebaskan Mekkah, yaitu setelah Quraisy melanggar perjanjian dan ikrar mereka dengan Rasulullah, serta orang-orang Muhajirin pun kembali ke kampung halaman mereka setelah mereka dulu diusir secara paksa. Mereka kembali bersama orang-orang Anshar, yang dahulu telah membawa mereka berlindung di Madinah dan mengutamakan mereka daripada diri sendiri. Islam kembali secara keseluruhannya dan mengibarkan panji-panji kemenangannya di angkasa luas. Mekkah pun membukakan semua pintunya.

     Orang-orang musyrik hanya bisa berdiri tanpa bisa berbuat apa-apa. Menurut anda, apakah nasib yang akan dialami oleh mereka sekarang ini? Apa gerangan yang akan diterima oleh orang-orang yang telah menyalahgunakan kekuatan mereka selama ini terhadap kaum Muslimin dengan melakukan pembunuhan, pembakaran, penyiksaan, dan membuat kelaparan?

     Rasulullah yang sangat pengasih itu tidak akan membiarkan mereka terlalu lama di bawah tekanan perasaan yang sangat pahit dan getir ini. Dengan dada yang lapang dan sikap yang lunak dan lembut, beliau menghadapkan wajah kepada mereka sambil bersabda dengan getaran dan irama suara bagai siraman air kasih sayang berkumandang di telinga mereka, “Wahai kaum Quraisy, menurut kalian apakah yang akan aku lakukan terhadap kalian?

     Mendengar itu, sosok yang sebelumnya menjadi musuh Islam, Suhail bin Amr maju memberikan jawaban, “Kami yakin engkau akan berbuat baik karena engkau adalah saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia.

     Sebuah senyuman bagaikan cahaya, tersungging di kedua bibir Rasulullah kekasih Allah itu, lalu bersabda, “Pergilah kalian karena kalian semua bebas.

     Kata-kata Rasulullah yang baru saja memperoleh kemenangan ini semestinya tidak akan diterima begitu saja oleh orang yang masih mempunyai perasaan, kecuali dengan hati yang telah menjadi peleburan dan perpaduan antara rasa malu, ketundukan, dan penyesalan.

     Namun, saat kejadian ini, Ikrimah bin Abu Jahal berusaha melarikan diri karena takut akan pembalasan kaum Muslimin yang akan ditimpakan kepadanya.

     Mengenai ini, Abu Ishaq meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka Ikrimah berkata, “Aku tidak akan tinggal di tempat ini!" Setelah berkata demikian, dia pun pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantunya. Akan tetapi isterinya berkata, "Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy? Apakah kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?" Ikrimah pun melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya. 

     Ketika Rasulullah bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka kepada Rasulullah isteri Ikrimah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman karena ia takut kalau-kalau kamu akan membunuhnya. Justru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya." Rasulullah pun menjawab, "Dia akan berada dalam keadaan aman!" Mendengar jawaban itu, maka isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya.

     Di saat yang sama, di pesisir Tihamah, ia akan menaiki sebuah kapal yang hendak membawanya ke daerah Yaman. Seketika itu juga, sang nahkoda kapal mengatakan agar ia menyucikan dirinya, ketika ditanyakan tentang apa yang harus dilakukannya, sang nahkoda berkata, “Ucapkanlah kalimat, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.

     Maka, dengan nada membentak, Ikrimah berkata, “Tidak ada yang menyebabkan aku melarikan diri dari negeriku, kecuali dari kalimat yang baru saja engkau ucapkan!

     Sang nahkoda tetap mendesaknya agar mengucapkan kalimat tersebut, bahkan ia mengancamnya tidak akan membawanya berlayar ke tempat tujuannya. Dalam suasana yang menegangkan ini, tiba-tiba ada suara yang memanggilnya yang tak lain adalah Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam, isterinya sendiri yang telah memeluk Islam.

     Ikrimah pun menghentikan pertengkarannya dengan sang nahkoda dan segera berpaling kepada istrinya. Maka, Ummu Hakim berkata kepadanya dari kejauhan, “Wahai putra pamanku, aku telah datang kepadamu dari sisi orang yang paling banyak menyambung silaturahmi, sebaik-baik manusia dan semulia-mulia manusia. Maka, janganlah engkau membinasakan dirimu sendiri.

     Setelah ia mendekat, ia berkata lagi, “Sesungguhnya aku telah meminta jaminan keselamatan untukmu dari Rasulullah.

     Maka, dengan rasa setengah percaya Ikrimah bertanya, “Engkau telah melakukannya?

     “ya, aku telah berbicara dengan Rasulullah dan meminta jaminan keselamatan untukmu. Dan beliau memberikan jaminan keselamatan itu untukmu!” jawab istrinya.

     Nampaknya tidak ada pilihan lain bagi Ikrimah, karena sang nahkoda kapal menolaknya untuk mengantarkannya ke Yaman sebelum ia mengucapkan syahadat, yang artinya ia harus memeluk Islam. Padahal hal itulah yang membuatnya melarikan diri menuju ke Yaman. Akhirnya ia pun memenuhi permintaan istrinya dan mereka berdua pun kembali ke Mekkah.

     Sedangkan di Mekkah, Rasulullah yang telah mengetahui bahwa Ummu Hakim berhasil membawa kembali suaminya, bersabda kepada para sahabat, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang kepada kalian sebagai orang yang beriman dan Muhajirin, maka janganlah kalian mencaci bapaknya, karena cacian terhadap orang yang sudah meninggal akan menyakiti orang yang masih hidup, padahal cacian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal.

     Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau berdiri dan menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah pun duduk di hadapan beliau dan mengucapkan kalimat syahadat, tanda keislamannya. Setelah itu, ia memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang lampau dengan berkata, “Ya Rasulullah, hendaknya engkau memohankan ampun bagiku atas setiap permusuhanku terhadapmu, atas setiap perjalanan yang untaku kupacu kencang untuk memusuhimu, dan di mana pun aku menemuimu untuk menyakitimu, juga atas setiap ucapan yang keluar dari mulutku, di hadapanmu atau di belakangmu.”  Rasulullah pun memenuhi permintaannya dengan mendoakannya dan para sahabat yang hadir pun mengamininya.

     Maka, seketika itu juga wajahnya pun berseri-seri bagaikan matahari yang menyinari di malam yang kelam. Ia pun berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah. Aku akan mengorbankan hartaku di jalan Allah dua kali lebih banyak daripada harta yang kupakai untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini. Dan aku akan berperang di jalan Allah dua kali lebih banyak daripada peperangan yang telah aku lakukan untuk menghalangimu di jalan Allah sebelum ini.

     Sesuai dengan janjinya, ia selalu menyertai Rasulullah dalam setiap peperangan yang terjadi setelah keislamannya itu. Dalam Perang Hunain, di mana pada awalnya pasukan Muslimin sempat terdesak dan kocar-kacir, Suhail bin Amr menyertai perang itu walaupun belum menerima hidayah dari Islam, berkomentar dengan sinis, “Muhammad dan para sahabatnya tidak akan bisa memperbaiki apa yang telah hilang dari mereka, dan tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi.

     Mendengar perkataannya tersebut, Ikrimah membantahnya dengan berkata, “Ini bukanlah ucapan yang tepat dan urusan ini sedikit pun bukan hak Muhammad. Jika hari ini ia dikalahkan, maka besok ia akan memiliki kesudahannya sendiri.

     Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Okromah ini, Suhail berkata dengan heran, “Demi Allah, sesungguhnya zaman di mana engkau memusuhi Muhammad baru saja engkau tinggalkan, wahai Ikrimah.

     “Wahai Abu Yazid (Suhail), Demi Allah dahulu kita telah memacukan kuda kita untuk tujuan yang sia-sia, sedangkan akal kita adalah akal kita sendiri. Dahulu kita menyembah batu yang tidak bisa memberi manfaat dan madharat apapun kepada kita.” Sahut Ikrimah.

     Akhirnya Suhail bin Amr tidak mampu lagi mendebat pernyataan Ikrimah tersebut.

     Ikrimah pernah ditugaskan oleh Rasulullah untuk menjadi pemungut zakat dari Bani Hawazin ketika beliau sedang menunaikan ibadah haji. Bahkan ketika Rasulullah wafat, ia sedang mengemban tugas Rasulullah di daerah Tabalah, sebuah kota di Yaman yang cukup terkenal.

     Ikrimah sendiri akhirnya mati syahid dalam Perang Yarmuk, di mana pasukan Muslimin melawan pasukan Romawi pada masa kekhalifahan Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab.

     Bagaimana kisahnya?

     Ketika Perang Yarmuk sedang berkecamuk, Ikrimah maju dengan hati yang bersemangat. Ia memiliki semangat jihad yang tinggi, yang akan ia gunakan sebagai tebusan atas masa lalunya. Melihat tindakannya itu, Khalid bin Al-Walid mengejarnya sambil berteriak, “Janganlah engkau bertindak bodoh, wahai Ikrimah. Kembalilah, karena kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin.

     Namun, Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. Seketika itu juga ia menghampiri Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sembari berkata, “Aku sudah bertekad mati syahid, apakah engkau mempunyai pesan penting yang akan kusampaikan kepada Rasulullah, bila aku menemuinya nanti?” Abu Ubaidah menjawab, “Ada, katakan kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya kami telah menemukan bahwa apa yang dijanjikan Allah kepada kami, memang benar!

     Ia pun langsung melesat maju menyerang bagai anak panah lepas dari busurnya. Ia menyerbu ke tengah-tengah pertempuran dahsyat, merindukan tempat peraduan dan pembaringannya. Ia menyerang dengan sebilah pedang, dan dilawan oleh seribu pedang, hingga menemui kesyahidan.

     Itulah dia Ikrimah bin Abu Jahal. Dia memang anak Abu Jahal, namun sifatnya sungguh berbanding terbalik dengan ayahnya. Ketika tekanan orang Romawi semakin berat, ia berseru kepada kaum Muslimin dengan suara lantang, “Sungguh, aku telah lama memerangi Rasulullah pada masa yang lalu sebelum Allah memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam. Apakah pantas aku lari dari musuh-musuh Allah hari ini?

     Kemudian ia berteriak, “Siapakah yang bersedia dan berjanji untuk mati?” sejumlah orang berjanji kepadanya untuk berjuang sampai mati, kemudian mereka menyerbu ke jantung pertempuran bersamaan. Bukan hanya mencari kemenangan, melainkan bila kemenangan itu harus ditebus dengan jiwa dan raga, mereka sudah siap untuk mati syahid. Allah telah menerima pengorbanan dan baiat mereka. Mereka semuanya gugur syahid.

     Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.

     Ada pula orang-orang yang luka berat, dia adalah Al-Harits. Seseorang membawakan air kepadanya. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits. Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya. Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.


     Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, hingga akhirnya mereka semua mati syahid. Itulah yang terjadi. Mereka rela menderita kehausan sewaktu ruh-ruh mereka melayang. Inilah contoh teladan yang paling indah tentang pengorbanan dan mendahulukan kepentingan orang lain. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga. 




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

2 komentar:

Unknown mengatakan...

mana refensinya :
semua tulisannya tidak ada sumbernya. tolong kalau bisa sertakan refensinya dari kitab arabnya.

Unknown mengatakan...

Alloh maha besar

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf